Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 19 April 2010 genap berusia 80 tahun, Organisasi sepak bola nasional yang didirikan di Yogyakarta pada 1930 oleh Soeratin Sosrosoegondo ini jauh lebih tua ketimbang Republik Indonesia, yang baru 64 tahun merdeka. Negeri ini mengenal sepak bola melalui pendudukan bangsa asing. Dan sepak bola pulalah yang juga menjadi alat perjuangan mencapai kemerdekaan.
Meski sudah berjalan panjang, PSSI dan sepak bola Indonesia ter-nyata belum menemukan keindahannya. Catatan hidup PSSI diwarnai kerusuhan, perkelahian pemain, dan hancurnya performa tim nasional.Dengan banyaknya catatan buruk dari PSSI tersebut membuat masyarakat selalu berpandangan negatif terhadap PSSI.Padahal bila kita melihat kebelakang sebenarnya Indonesia pernah menjadi macan asia dan Indonesia pernah punya kebanggaan di tingkat dunia ketika menahan Uni Soviet di Olimpiade.Tapi belakangan ini prestasi Indonesia menunjukkan grafik yg relatif terus menurun dengan tidak lolosnya Indonesia pada piala Asia bahkan menjadi juru kunci.Prestasi buruk lainnya adalah banyaknya terjadi kerusuhan saat terjadi pertandingan antar klub di Liga Indonesia.Ini menambah PR tersendiri untuk PSSI.PSSI seharusnya kembali mengumandangkan tiga tabu seperti dulu. Pertama, pemain tabu berantem di lapangan karena itu (tindakan) pengecut. Kedua, pemain itu tabu memprotes dan melawan keputusan wasit dengan cara tidak wajar, seperti meludahi, menendang, memukul, mengeroyok. Itu juga tindakan pengecut. Soal protes itu ada aturannya. Ketiga, tabu melakukan suap. Siapa pun yang melakukan, pemain, manajer, wasit, harus dihukum berat.Kalau berhasil dijalankan, kompetisi bisa lebih berbobot dan hasilnya lebih bagus.
Tiga tabu itu berpengaruh terhadap suporter. Kalau pemain berantem atau melawan wasit, suporter akan terpancing. Diharapkan suporter dapat berfikir dewasa. Fanatisme itu perlu, tapi ekspresikan dengan hal positif, memberi semangat, karena olahraga itu harus ada sportivitas.Satu keberhasilan pembinaan (kompetisi) itu hasilnya prestasi. Namun juga harus dicari apa yang menghadang masalah pembinaanini lalu diatasi. Jepang contohnya. Tiga puluh tahun lalu mereka selalu kalah oleh Indonesia. Tapi sekarang mereka bisa juara Asia dan terhitung di tingkat- dunia. Kuncinya adalah kompetisi yang bagus. Pemain, klub, dan tim nasional akan menjadi besar karena kompetisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar